Baca Juga
Liang Yaoyi, seorang siswa SD di Shenzhou, Tiongkok yang baru berusia 11 tahun ini divonis menderita kanker otak. Sebelum pergi, ia ingin mendonasikan ginjal dan hatinya. Pada 6 Juni 2015 lalu, keinginannya tercapai, organ yang didonasikannya telah menyelamatkan lebih banyak nyawa.
Di ruang UGD, Yaoyi telah kehilangan kesadarannya, tidak bisa menutup matanya sendiri, karena itu dokter mengoleskan salep pada matanya.
Karena siksaan tumor otak, ia pernah ingin mengubah cita-citanya. Jika saja ia bisa sembuh, ia ingin menjadi seorang dokter, untuk menyembuhkan penyakit semua orang.
Sebelumnya, ia hanya ingin menjadi seorang bos besar, punya banyak uang dan bisa berbakti pada ibunya.
Namun, sayang sekali, dia sudah tidak bisa menjadi dokter lagi, dia memutuskan untuk menyumbangkan organnya, dan menyumbangkan mayatnya untuk sekolah kedokteran.
Dengan begini, ia juga sekaligus meraih mimpinya masuk ke fakultas kedokteran.
Gambar yang Anda saksikan di atas terlihat semua dokter memberikan penghormatan tiga kali kepada Yaoyi dan ibundanya ketika tim dokter mendorong jenazah Yaoyi keluar dari ruang operasi.
Dan saat itu, ibunya tak kuasa menahan isak tangisnya, ia meratap sedih sambil menutup mukanya.
Yaoyi adalah anak bungsu dalam keluarganya, meski memiliki kakak, namun dimata keluarga, dimana meski merupakan putri bungsu, tapi dia bukanlah seorang anak yang manja.
Tidak hanya itu, prestasi Yaoyi di sekolahnya juga selalu berada di ranking teratas dan menjadi murid teladan.
Namun takdir berkehendak lain, penyakit telah membawa pergi pahlawan kecil ini.
Tampak pada gambar, terlihat ibunya sedang berusaha mengendalikan gejolak perasaannya, dan berusaha menahan tetesan air matanya.
Gambar di atas diambil pada pukul 17:17 waktu setempat, seusai operasi, dokter memakaikan pakaian untuk Yaoyi, sementara di sampingnya ada dua kotak penghangat untuk menaruh organ yang didonasikan oleh Yaoyi, yaitu ginjal dan hati. Di luar ruang operasi, saat ditanya mengapa mau menyumbangkan organ tubuhnya, Yaoyi mengatakan kepada ibunya, “saat datang ke Shenzhou, aku melihat banyak orang mendonorkan darah, banyak orang berbuat amal, aku merasa mereka sangatlah hebat, dan aku juga mau seperti mereka.”
Ibundanya Yaoyi menerima sertifikat pendonoran organ dari Red Cross Society.
Di sekolah, Yaoyi duduk di baris depan.
Buku tugasnya dipenuhi dengan nilai A dan A+ dari gurunya.
Sementara di rumah Yaoyi, sang kakak diam-diam merapikan peninggalan adiknya.
Yaoyi saat di rumah sakit.(jhn/yant
Di ruang UGD, Yaoyi telah kehilangan kesadarannya, tidak bisa menutup matanya sendiri, karena itu dokter mengoleskan salep pada matanya.
Karena siksaan tumor otak, ia pernah ingin mengubah cita-citanya. Jika saja ia bisa sembuh, ia ingin menjadi seorang dokter, untuk menyembuhkan penyakit semua orang.
Sebelumnya, ia hanya ingin menjadi seorang bos besar, punya banyak uang dan bisa berbakti pada ibunya.
Namun, sayang sekali, dia sudah tidak bisa menjadi dokter lagi, dia memutuskan untuk menyumbangkan organnya, dan menyumbangkan mayatnya untuk sekolah kedokteran.
Dengan begini, ia juga sekaligus meraih mimpinya masuk ke fakultas kedokteran.
Gambar yang Anda saksikan di atas terlihat semua dokter memberikan penghormatan tiga kali kepada Yaoyi dan ibundanya ketika tim dokter mendorong jenazah Yaoyi keluar dari ruang operasi.
Dan saat itu, ibunya tak kuasa menahan isak tangisnya, ia meratap sedih sambil menutup mukanya.
Yaoyi adalah anak bungsu dalam keluarganya, meski memiliki kakak, namun dimata keluarga, dimana meski merupakan putri bungsu, tapi dia bukanlah seorang anak yang manja.
Tidak hanya itu, prestasi Yaoyi di sekolahnya juga selalu berada di ranking teratas dan menjadi murid teladan.
Namun takdir berkehendak lain, penyakit telah membawa pergi pahlawan kecil ini.
Tampak pada gambar, terlihat ibunya sedang berusaha mengendalikan gejolak perasaannya, dan berusaha menahan tetesan air matanya.
Gambar di atas diambil pada pukul 17:17 waktu setempat, seusai operasi, dokter memakaikan pakaian untuk Yaoyi, sementara di sampingnya ada dua kotak penghangat untuk menaruh organ yang didonasikan oleh Yaoyi, yaitu ginjal dan hati. Di luar ruang operasi, saat ditanya mengapa mau menyumbangkan organ tubuhnya, Yaoyi mengatakan kepada ibunya, “saat datang ke Shenzhou, aku melihat banyak orang mendonorkan darah, banyak orang berbuat amal, aku merasa mereka sangatlah hebat, dan aku juga mau seperti mereka.”
Ibundanya Yaoyi menerima sertifikat pendonoran organ dari Red Cross Society.
Di sekolah, Yaoyi duduk di baris depan.
Buku tugasnya dipenuhi dengan nilai A dan A+ dari gurunya.
Sementara di rumah Yaoyi, sang kakak diam-diam merapikan peninggalan adiknya.
Yaoyi saat di rumah sakit.(jhn/yant
Kisah Nyata! Semua Dokter Memberi Hormat pada “Siswa Berusia 11 Tahun”Ini, Karena Dia Telah Melakukan Sesuatu yang Mulia
4/
5
Oleh
Degree Online